Tuesday, August 28, 2012


"Puncak rindu itu adalah jika dua orang tidak saling berkomunikasi tapi saling mendoakan dalam diam."

 -Sudjiwo Tedjo-


Tapi bagaimana jika hanya aku yang setia mendoakanmu?
Apakah itu artinya hanya aku yang merindu?

Bukankah 'saling' sudah seharusnya jadi kata wajib?
Seharusnya kamu juga turut mendoakanku, kan.
(Seharusnya) kamu ikut aku merindu.

Haha, namun realita menghantam harapan.
Sejak kapan kamu mengenal kata 'saling' dan 'seharusnya' kalau ada sangkut paut denganku?


Kamu, hidup dengan dunia logikamu.
Aku, tenggelam dalam harapan tentangmu.

Wednesday, August 1, 2012

For What It's Worth I Love You.....


The Cardigans Live In Jakarta
14th August 2012 at Tennis Indoor Senayan


"I will never know, cause you will never show
Come on and love me now...
Come on and love me now....."

Lirik di atas langsung mencuat di pikiran saya ketika mendengar berita bahwa The Cardigans akan mengadakan konser mereka di Jakarta, Tennis Indoor Senayan, pada tanggal 14 Agustus 2012. Ujung bibir saya pun tertarik ke atas untuk tersenyum. Lalu otomatis mengumamkan alunan nada dari bagian refrain lagu "Carnival" dari The Cardigans. Badan ikut bergoyang kecil mengikuti gumaman nada dari mulut ini, dan bayangan visualisasi Nina Persson, sang vokalis bersama personil lainnya menari kecil di video klip lagu tersebut.
Selalu begini. Selalu ini yang terjadi setiap saya mendengar ataupun menyanyikan lagu The Cardigans kesukaan saya. Badan dan pikiran rasanya ikut bergoyang menikmati alunan nada dan keindahan lirik yang ada.

Ya, "Carnival" merupakan lagu urutan paling atas untuk playlist "The Cardigans' Music" saya.

Saya lupa persisnya kapan dan darimana pertama kali saya mendengar lagu tersebut. Kalau tidak salah saya mendengar lagu itu menjadi backsound salah satu acara televisi. Sewaktu saya mendengar alunan nada awal saja, saya langsung jatuh cinta. Sejak saat itu saya mencari tahu apa judul lagu tersebut dan siapa saja musisi hebat di belakangnya. Dan mulai mendengarkan satu per satu lagu mereka. Dan akhirnya saya pun jatuh cinta kedua kalinya, kali ini ke dalam pelukan The Cardigans keseluruhan.

Entah apa yang membuat saya bisa jatuh cinta sama mereka. Karena kalau dipikir-pikir saya yang dulu itu hanya mau mendengarkan musik rock beritme keras, cenderung ke musik emo (atau bahkan metal sekaligus?). Pokoknya hanya mau mendengarkan lagu yang terdapat distorsi gitar yang kencang dan gebukan drum yang beruntun di dalamnya.
The Cardigans lah kumpulan musisi pertama yang membuka telinga saya untuk mendengarkan musik lainnya di luar sana. Akhirnya, dari musisi semacam Sixpence None The Richer sampai ke White Shoes And The Couples Company pun sekarang menjadi nama wajib untuk dimasukkan ke music playlist saya.

The Cardigans membawa saya berpetualang untuk mengeksplor jenis-jenis musik lain yang tidak kalah indahnya dengan musik kencang kesukaan saya dulu.

Selain itu, musik dari band ini selalu saja berhasil menenangkan dan memberikan hawa positif di pikiran saya.  Suara lembut khas Nina Persson, alunan gitar dari Peter Svensson, dentuman bass yang terdengar kental dari Magnus Sveningsson, gebukan drum ringan nan menyenangkan ala Bengt Lagerberg dan dentingan keyboard dari Lars-Olof Johansson, kolaborasi dari seluruh suara yang mereka keluarkan menurut saya menjadi suatu harmonisasi yang teduh dan indah sekali. Seringkali saya merasa melayang setiap mendengar lagu mereka.

Rangkaian kata dalam lirik lagu mereka pun senantiasa menemani jalan kehidupan saya. "Carnival" yang seakan otomatis menjadi soundtrack saya jika sedang jatuh cinta, "Lovefool" yang seakan membuat hati miris setiap mendengarnya pada saat sedang dikecewakan oleh seseorang, hingga "Rise and Shine" yang seakan mengajak saya untuk tidak jatuh terpuruk terlalu lama dan bangkit kembali. "Pooh Song" dan "The Road" pun selalu mengingatkan saya akan keberadaan sahabat dan orang terdekat. Rasanya ingin sekali mengajak mereka mereka menari bersama ditemani alunan ceria kedua lagu tersebut :)

Tidak ada habisnya jika saya harus mendeskripsikan pandangan saya terhadap para musisi satu ini.
The Cardigans berhasil membawa dan menemani saya berpetualang dalam kehidupan ini. Loncat dari satu babak ke babak lainnya dengan ceria.
Maka dari itu ingin sekali rasanya saya melihat langsung penampilan mereka. Saya ingin secara langsung memandangi mereka, para personil menyanyi, menari, tersenyum, dan berkarya bersama di atas panggung. Saya ingin sekali merasakan letupan rasa bahagia di hati pada saat bernyanyi bersama dengan mereka. Tidak heran jika ada air mata yang turun di pipi saya pada saat melihat pemandangan yang indah seperti itu di atas panggung.
Karena bagi saya, The Cardigans ialah salah satu pahlawan di kehidupan musikalitas saya.

"For what it's worth I love you..
And what is worse I really do...
Oh what is worse I'm gonna run run run!
'Till the sweetness gets to you
And what is worse I love you!"

Yes. The Cardigans is worth to be loved. They are worth to be watched.
And I'm gonna run into their greatness musical wonder :)

Pic 3
The Cardigans,  
14th November 2003 in Thessaloniki, Greece


***

You can try to get free ticket of The Cardigans' Live In Jakarta by join the contest from "Green Sands & The Cardigans" (Click this link to open the page)