Thursday, July 19, 2012

A Warm Gathering With FB.

Kemarin, tanggal 18 Juli 2012 jam 19.00 WIB, saya menyempatkan diri sepulang kantor untuk datang ke Rumah Independen di Jl. Tebet Barat 1 no. 23 untuk menghadiri acara kumpul bersama Bang Faisal Basrie beserta tim, relawan, dan pendukung lainnya yang dibuka untuk umum.
Hasilnya? Acara tersebut sangat tidak mengecewakan. Rasanya rasa letih luar biasa yang disebabkan oleh macet (luar biasa) Jakarta kemarin langsung terbayarkan oleh hangatnya atmosfer selama acara berjalan.


Ini pertama kalinya saya bertemu Bang Faisal Basrie, dimana sebelumnya saya hanya tahu siapa beliau dari omongan teman-teman yang kebetulan mengenal beliau dan dari tulisan-tulisan di social media.
Dan ternyata sosok beliau sangatlah berbeda apa yang saya pikirkan sebelumnya.
Saya tahu bahwa beliau merupakan sosok yang baik (kalau tidak baik, kenapa juga saya mau memilih beliau di pemilukada kemarin?). Tetapi mengingat bahwa beliau juga salah satu tokoh di Indonesia, saya tidak berharap terlalu muluk. Apa sih yang biasanya kalian tahu dari sosok seorang tokoh? Jujur, saya selalu berpikir, mereka arogan. Yah, kalau tidak arogan pun, terkesan 'dingin' lah saat bertemu orang baru yang notabene bukan siapa-siapa.
Tetapi saya merasa kagum, dan berani mengakui, bahwa Bang Faisal Basrie berbeda jauh dengan pemikiran saya selama ini. Tidak ada sifat arogan yang saya rasakan dari beliau kemarin. Malahan, saya dapat melihat bahwa beliau benar-benar rendah hati dan hangat seperti yang sudah saya pernah baca di beberapa tulisan opini orang-orang.
Saya yang kebetulan datang terlambat di acara kemarin (yes, traffic jam is suck), duduk lesehan di sebelah Bang Faisal sendiri karena itu satu-satunya tempat yang masih kosong. Oh ya, FYI, Rumah Independen kemarin penuh saking ramainya orang yang datang. Bahkan beberapa orang harus rela berdiri di luar pintu karena sudah tidak bisa masuk lagi ke dalam ruangan.
Saya tadinya agak kaget bisa duduk di sebelah beliau, dan jujur agak bingung mau ngapain. Tapi apa yang beliau lakukan? Melihat saya yang baru duduk, beliau langsung menyalam tangan saya lalu kami berdua ngobrol-ngobrol sedikit tentang hal yang remeh temeh. Hal kecil memang, tapi itu bisa membuat saya terkesan and well, merasa dianggap.

Tidak sampai di situ saja. Suasana sharing dan diskusi antar orang pun juga terasa hangat. Sambil duduk lesehan dan mencicip snacks yang disediakan, satu per satu orang menceritakan pengalaman, menyampaikan pendapat, mengajukan saran, dan masih banyak yang lainnya.

Ada satu Bapak keturunan chinese sharing mengenai pengalamannya. Pada saat hari H pemilukada kemarin, seseorang teman dari Bapak ini bertanya (atau lebih ke menyatakan) "Eh, lu pilih siapa ntar? Pasti pilih Ahok kan!". Bapak ini cuma menjawab, "Ngga. Dari baju kemeja putih gue aja udah keliatan gue mau pilih siapa. Ya FaisalBiem lah. Lagian kenapa harus milih Ahok? Emangnya kita ini mau pemilihan gubernur atau ketua suku?"
Dari cerita Bapak ini saya mengambil kesimpulan, betapa masih sempitnya pemikiran orang Indonesia saat ini. Saya tidak bermaksud rasis juga mengatakan bahwa memilih pasangan lain juga salah. Toh setiap orang mempunyai pilihan yang berbeda. Tetapi kenyataannya masih banyak orang yang entah terlalu apatis atau bagaimana, menjatuhkan pilihannya hanya karena faktor persamaan etnis, agama, latar belakang, dan lainnya, dibanding melihat seberapa qualify pilihannya tersebut. Tidak kah mereka sadar bahwa sesuatu perubahan ada di tangan mereka para pemilih?

Lalu ada cerita dari seorang petugas security di suatu restoran Itali di Jakarta. Orang ini bercerita, bahwa dia dianggap 'gila' oleh teman-temannya karena dianggap terlalu idealis dan tidak realistis. Bahkan ada beberapa temannya yang bicara "Ngapain sih lu milih nomor 5? Ga realistis! Harusnya tuh, yang kasih kita duit, orang itu yang kita pilih!"
Miris memang mendengarnya. Dimana orang masih menganggap uang adalah segalanya. Tapi saya bisa bicara apa jika yang berbicara itu orang dari kelas menengah ke bawah, yang seringkali dirugikan oleh pemerintah?

Itu masih sebagian kecil cerita dari sharing teman-teman di gathering kemarin. Terlalu banyak yang harus dituliskan jika semuanya harus saya ceritakan di sini.

Tetapi pada intinya, semua orang di tempat itu berharap bahwa gerakan independen ini tidak akan berhenti sampai di sini saja. Berharap bahwa kita dapat melakukan sesuatu. Sesuatu perubahan dengan gerakan yang orang pandang sebelah mata. Tetap menetapkan "berdaya bareng-bareng" yang sudah dikomitmenkan untuk menjadi pedoman kita bergerak maju.

Secara pribadi, saya merasa terberkati bisa hadir dalam acara kemarin, karena saya jadi belajar banyak mengenai politik yang secara tidak langsung diajarkan dengan cara yang ringan dan fun, dan menjadi lebih peduli dengan Jakarta bahkan Indonesia. Tidak apatis lagi dengan politik. Dan saya merasa terinspirasi.

Karena itu, saya menunggu sesuatu gerakan yang nantinya akan disimpulkan dan dibuat oleh Bang Faisal dan team sendiri, dan pasti akan turut ikut andil dalam hal tersebut. Saya sangat siap memberikan bantuan sejauh yang saya bisa lakukan. Disamping itu, saya tentu juga akan berusaha untuk melakukan suatu perubahan di sekitar yang dimulai dari hal sekecil apapun.

Terima kasih banyak untuk Bang Faisal Basrie atas kesempatan juga pelajaran yang telah diberikan. Juga para team FaisalBiem yang membuat acara gathering ini. Juga kepada teman-teman baru sesama pendukung yang sama-sama memberikan inspirasi kepada saya.

"Saya percaya pendukung saya cerdas. Dan mereka tidak perlu dicerdaskan untuk memilih siapa nantinya." - Faisal Basrie


I'm a proud 5% ! I'm a proud Jakartan! I'm a proud Indonesian!

No comments:

Post a Comment