Friday, July 13, 2012

Proud of Yourself.



 "So the fact that I am me and no one else is one of my greatest assets. Emotional hurt is the price a person has to pay in order to be independent."
- Haruki Murakami







Di saat saya sedang merasa down ataupun tertekan, saya selalu mengulang rangkaian kata dari Mr. Haruki Murakami ; salah satu penulis favorit saya , seperti di atas. Selalu saya ulang berkali-kali di otak. Untuk sekedar mengingatkan betapa bisa menjadi diri sendiri sesungguhnya salah satu hadiah terindah dari Sang Pencipta.

Pernah merasa tidak puas menjadi dirimu sendiri? Merasa bahwa dirimu selalu lebih kurang, lebih buruk dari orang lain? Iri kepada siapapun yang kamu nilai punya segalanya?
Jujur, saya pernah.
Dan saya yakin kalian yang sedang kebetulan membaca ini, pasti pernah merasakan hal yang sama, even for only once in a lifetime.
Menurut saya, perasaan seperti ini manusiawi. Mengingat sifat manusia yang tidak pernah puas.

Saya ingin berbagi pengalaman sedikit mengenai pengalaman saya.

Dulu, salah satu sifat yang paling saya benci dari diri saya ialah sifat pendiam saya. Tidak pernah berani memulai pembicaraan ke orang yang belum saya kenal. Hal ini tentu saja mempersulit saya dalam mendapatkan banyak teman dan network yang luas.
Sifat ini masih berlanjut hingga di lingkaran pertemanan saya. Dimana saya tidak banyak berbicara dan lebih banyak memperhatikan, merespons pun ya hanya seadanya.
Saya benci sekali dengan diri saya yang seperti ini. Tidak jarang saya iri dengan orang lain, bahkan teman saya sendiri, yang supel, bisa sebegitu mudahnya berbicara, melontarkan lelucon, dan membuat orang lain tertawa. Kalau saya yang disuruh melucu? Yang ada orang di sekeliling saya diam seribu bahasa saking ga lucunya lelucon saya.

Saya terus merutuki diri saya yang seperti ini sampai pernah seseorang pernah bilang ke saya,
"You're a good listener, Carl. Kamu selalu diam. Tapi itu yang bikin orang-orang senang curhat sama kamu. Karena kamu cukup mendengarkan dan jarang merespons dengan judgement yang ga penting. Kamu itu ya berkata seadanya. Tapi itulah kadang yang kami butuh waktu curhat. Cuma butuh kuping dan bahu untuk bersandar. And for me, you're capable enough for it."
Akhirnya saya sadar bahwa Tuhan memang menciptakan setiap manusia dengan perannya yang berbeda untuk saling melengkapi. Bayangkan kalau di suatu sekelompok manusia semuanya bawel;bicara terus ga berhenti. Yang ada ribut karena rebutan bicara satu sama lain, dan maunya hanya didengarkan. I can't even imagine I live in a place like that.
Mulai dari sini saya mulai mencintai diri sendiri. Kalem, ga banyak omong. Karena tugas saya, ialah mendengarkan. Berhenti pura-pura jadi orang yang sok asik. Tetapi tidak sampai disitu saja. Saya tetap berusaha menggali potensi dari sifat pendiam saya ini, dimana ternyata saya lebih mudah mengekspresikan pikiran dan perasaan saya ke dalam bentuk tulisan. Saya mulai mecoba banyak menulis sehingga apa yang di dalam otak saya tidak terendap begitu saja.

Selain itu, saya dulu juga selalu menyalahi masa lalu saya. Keadaan dimana saya dibesarkan tanpa figur Ayah, yang membuat Ibu saya bekerja sekeras mungkin hanya untuk menghidupi keluarga yang saat itu keadaan materil terpuruk karena ditinggalkan oleh Suami dan Ayah tercinta.
Dengan keadaan Ibu yang bekerja dari pagi hingga malam, membuat saya terpaksa melakukan segala sesuatu sendirian. Keadaan uang yang pas-pasan membuat saya yang saat itu SD di sekolah yang notabene murid-muridnya merupakan orang berada, menjadi merasa terkucil karena jujur, minder dengan yang lain. Dimana yang lain diantar ke sekolah naik kendaraan pribadi (walaupun jarak rumah-sekolah termasuk dekat), saya hanya bisa berjalan kaki. Dimana yang lain bisa jajan ini itu karena diberi uang saku yang banyak, saya harus puas dengan bekal makanan yang saya bawa dari rumah. Saya yang dulu masih kecil dan terhitung labil, hanya bisa menyalahkan Ibu saya.
Tetapi seiring saya bertumbuh dewasa, saya malah bersyukur dengan keadaan masa kecil saya dulu. Karena dulu terbiasa hidup susah, sampai sekarang pun saya tidak pernah tertarik hidup mewah yang berfoya-foya. Karena dulu terbiasa melakukan apapun sendiri, saya menjadi orang yang mandiri sekarang. Jarang bergantung kepada orang lain kecuali memang urgent sekali. Bahkan di usia saya yang masih 19 tahun ni, sudah bisa mencari nafkah sendiri. Saya sangat bersyukur Ibu saya menggembleng saya dari kecil hingga tidak menjadi sosok manja sampai sekarang ini.

Itulah alasan kenapa waktu melihat penjelasan arti dari SONY VAIO E 14P "The Pure and Clear" yang berwarna putih dengan semburat garis birunya, saya langsung merasa bahwa ini cocok sekali dengan kepribadian saya. "Calm, Independent, and Free."




Yes, I am so in love with its colour. Melihat warna putih dan birunya yang begitu menenangkan seakan-akan membuat saya merasa seperti di atas langit. Bebas.
Jika saya punya kesempatan untuk membeli barang ini, saya tidak akan pikir dua kali go for it. Belum lagi untuk mempunyai laptop ialah salah satu mimpi saya. Karena lebih ringkas untuk menjalani hobi menulis saya dengan laptop yang bisa dibawa kemanapun, dibandingkan dengan komputer yang hanya bisa dilakukan di rumah saja.
Ide dan inspirasi muncul di saat dan tempat yang tidak terduga, bukan?

(Ingin coba dapatkan yang sesuai dengan kepribadianmu? Klik di sini.)


At the end, just be who you are. Karena Tuhan punya rencana sendiri dengan setiap rancangan-Nya. Dibalik dirimu yang selalu kamu rasa buruk, ada suatu kelebihan yang berbeda dari orang lain. Setiap orang itu unik. Dan keunikan tiap seseorang itu saling melengkapi. Jangan pernah berusaha menjadi orang lain. Karena sejatinya, orang yang tidak bisa mencintai dirinya sendiri, tidak akan bisa dicintai apa adanya oleh orang lain.


Embrace yourself. And be proud of who you are.


"We are beautiful no matter what they say. Words can't bring us down. We are beautiful in every single way. Yes, words can't bring us down." - Beautiful by Christina Aguilera

*** 

No comments:

Post a Comment