Sunday, July 15, 2012

Sincerity Love.

Aku terdiam. Menatap foto yang terpampang di depan mataku. Rasanya ada sesuatu yang mencekikku dari dalam saat melihat dua subjek bersisian yang ada di dalam foto tersebut. Berkali-kali aku menelaah setiap kemungkinan yang berebutan hadir di pikiranku, hanya untuk sekadar menyangkal kenyataan yang ada.

Aku, yang pikirannya sedang kacau. Sedangkan kamu, duduk di sebelahku, terlihat tidak sabar menunggu komentar keluar dari mulutku.

"Carissa, gimana pendapat kamu?"

"Dia....cantik. Senyumnya manis."

"Dia memang manis. Tapi bukan karena itu aku tertarik sama dia. Dia baik dan lembut sekali. Khasnya perempuan yang keibuan deh. Dia juga perhatian, yang terasa tulus dan tidak dibuat-buat. Baru kali ini aku tertarik sebegininya sama seseorang."

"Kamu...suka sama dia?"

"Ngga. Tapi udah sayang."

....
Aku terkesiap mendengar pengakuanmu yang gamblang barusan. Baru kali ini aku melihat dirimu yang begitu tegas dan yakin akan kata-kata yang kau ucapkan. Matamu juga menyiratkan kesungguhan yang dalam saat menyatakan hal itu.

Sakit.
Kenapa udara di sekeliling terasa hilang? Membuat dada sesak.

"Car, kok bengong? Car? WOI!"

"Eh sorry, Lex."

"Gimana sih. Aku lagi cerita, kamu malah bengong. Jadi gimana menurut kamu? Should I go for her or not? Because I don't think she's interested with me like I am."

"Alex, kalau kamu memang yakin, kejarlah. Man gotta do what a man gotta do. Jangan hiraukan prasangka buruk yang ada. Jujurlah, tunjukkan saja cintamu sama dia. Karena kalau aku lihat dari foto ini, ada chemistry di antara kalian berdua. Rasanya....dia juga tertarik sama kamu....."

"Whoa, yang bener, Car?! That's what I want to hear now! Aku memang butuh dukungan dari orang terdekat, dan aku yakin kalau kamu orang yang tepat. Dukung aku dengan support dan doamu yang biasanya manjur itu ya! Hehe. You are truly my best friend, Car. Thank you!"

Kamu tiba-tiba memelukku dengan bersahabat. Sudah biasa aku merasakan pelukanmu, tetapi entah kenapa kali ini berbeda. Aku gemetar. Rasanya sudah tidak tahan. Kelenjar air mataku membuncah. Aku menangis tanpa suara. Menangisi perasaan di dalam yang aku tahu tidak akan pernah bisa dibebaskan.
Perasaan yang sepenuhnya akan dipenjarakan demi menjaga yang sudah ada. Demi senyum di wajah seseorang yang sangat berarti.

Aku, yang rela melakukan apa saja. Rela menukar apa saja. Hanya untuk kebahagiaan diberikan.

No comments:

Post a Comment